Selasa, 12 April 2011

Paradigma Kepemimpinan


 “Ada pemimpin yang dilahirkan, ada pemimpin yang diciptakan, tetapi ada juga pemimpin yang tidak dibutuhkan.” (Bruce & Stan, 2001). “Seorang boss berkata, kerjakan!... sedangkan seorang pemimpin menunjukkan apa yang bisa dia kerjakan!” (Kouzes & Posner, 1987)

Ada definisi klasik yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sebuah proses yang olehnya seseorang mempengaruhi orang lain untuk memenuhi sesuatu yang obyektif dan mengatur organisasi sehingga membuatnya lebih kohesif dan koheren. Para pemimpin dalam proses ini mengaplikasikan atribut-atribut kepemimpinanya, seperti kepercayaan, nilai, etika, karakter, pengetahuan, dan keterampilan. Definisi klasik itu menggaris-bawahi bahwa menjadi seorang pemimpin yang baik bukanlah faktor hereditas atau bakat. Jika memiliki hasrat dan keinginan yang kuat, siapa pun bisa menjadi pemimpin yang efektif. Para pemimpin yang baik berkembang melalui sebuah proses belajar dan pengalaman.
Perspektif lama dan awam mengartikan pemimpin sebagai yang terdepan, terkemuka, berkedudukan, memiliki nilai paling baik, didukung oleh suara terbanyak dan menduduki rangking pertama dalam persaingan. Tetapi dalam perspektif yang baru menurut Peter Urs Bender, kepemimpinan berkaitan dengan beberapa elemen utama, yakni: manusia sebagai individu, manajemen diri, motivasi internal, tekad kesempurnaan dan penerimaan kelemahan diri, perubahan, kepercayaan diri, perkembangan, energi, pengalaman positif, hasil, dan pengharapan.

A. Gaya Kepemimpinan

Secara normal ada 4 gaya kepemimpinan (U.S. Army Handbook, 1973):
  1. Paternalisme. Ini termasuk gaya kepemimpinan hegemonik yang memanfaatkan pengaruh untuk memimpin.
  2. Autoritarian atau autokratik. Pemimpin menggunakan gaya ini untuk mengatur bawahan agar melaksanakan apa yang diinginkan dan bagaimana harus mengerjakannya, tanpa memerlukan pertimbangan daripada bawahannya. Kondisi seperti ini diperlukan pada saat penyelesaian masalah, kemendesakan, dan ketika bawahan dalam motivasi yang tinggi.
  3. Partisipatif atau demokratik. Gaya kepemimpinan ini melibatkan kedua belah pihak (atasan dan bawahan) untuk terlibat dalam pengambilan keputusan. Meskipun demikian, keputusan terakhir ada di tangan pemimpin. Tindakan ini diperlukan pada saat pemimpin tidak mempunyai informasi lengkap dan demikian juga bawahannya. Gaya ini adalah mutual yang menguntungkan dan efektif dalam kepemimpinan team.
  4. Delegatif atau pemimpin bebas. Dalam gaya ini pemimpin menyerahkan keputusan kepada bawahannya, tetapi pemimpin harus tetap bertanggungjawab dengan keputusan tersebut. Gaya ini dibutuhkan ketika pemimpin mampu menganalisa situasi dan memutuskan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana melakukannya.
B. Model-model kepemimpinan yang Efektif
Mempelajari model-model kepemimpinan akan menolong kita untuk memahami tentang apa yang mempengaruhi tindakan para pemimpin dalam waktu realitas. Menurut Bolman & Deal (1991), sikap pemimpin yang sering ditunjukkan dapat digolongkan ke dalam empat kerangka berikut:
  1. Pendekatan struktural. Dalam situasi yang yang efektif, seorang pemimpin adalah seorang arsitek sosial yang mampu menganalisa dan merancang, tetapi dalam situasi yang tidak efektif, ia menjadi seorang tirani dengan gaya kepemimpinan mendetail. Kepemimpinan terfokus pada struktur, strategi, lingkungan, implementasi, ekesperimentasi, dan adaptasi.
  2. Pendekatan Sumber Daya Manusia. Dalam situasi efektif, para pemimpin adalah katalisator dan hamba yang menampilkan gaya kepemimpinan yang mendukung, menyokong, dan menguatkan, tetapi ketika dalam situasi yang tidak efektif menjadi penekan, dengan gaya kepemimpinan yang lepas dari prinsip-prinsip dan menipu.
  3. Pendekatan politik. Dalam situasi yang efektif, para pemimpin adalah penyokong, yang gaya kepemimpinan koalisi dan membangun, tetapi ketika dalam situasi yang tidak efektif, para pemimpin menjadi orang yang giat dengan gaya kepemimpinan manipulasi.
  4. Pendekatan simbolik. Dalam situasi efektif, para pemimpin adalah seorang nabi, dengan gaya kepemimpinan inspiratif; tetapi dalam situasi yang tidak efektif, menjadi fanatik atau bodoh; dengan gaya kepemimpinan ‘mengasapi’ dan bias.
C. Pemimpin Efektif Merangkap Sebagai Visioner
Di samping itu, menurut Rhenald Kasali, pemimpin kreatif harus menjadi seorang visioner dengan level-level visi secara hierarki seperti berikut:
  1. Level persepsi, di mana pemimpin haruslah seorang yang mampu membaca hubungan-hubungan logis (logical reasoning).
  2. Level sosial, di mana pemimpin harus berpikir sistematik.
  3. Level psikologi, di mana pemimpin harus berpikir secara literal atau kreatif.
  4. Level filosofi, yaitu level maksimum bagi seorang pemimpin untuk berefleksi, perenungan dan membagi visi.
D. Pemimpin Harus Transformatif
Dalam menentukan arah kepemimpinan, diperlukan sebuah transformasi. Transformasi menjadi sebuah kebutuhan mendasar walaupun sulit dan memerlukan investasi waktu yang panjang; tetapi merupakan faktor penentu keberhasilan dan keefektifan eksistensi kepemimpinan Anda.
Proses transformasi kepemimpinan dapat membawa hasil yang efektif jika ada unsur-unsur sebagai berikut:
  1. Kepemimpinan yang kuat. Seorang pemimpin bukanlah seorang diktator/otoriter, tetapi pemimpin team yang bekerja habis-habisan untuk organisasi dan dengan berani mempertaruhkan jabatan dan kedudukannya untuk menghadapi fakta-fakta brutal. Kepemimpinan yang kuat juga bukanlah seorang populis yang cenderung mencari aman dan menghindari tekanan-tekanan.
  2. Dukungan bawahan. Pemimpin yang kuat tidak ada artinya jika tidak didukung oleh bawahan-bawahannya yang rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan masa depannnya. Mereka rela menghadapi masa-masa sulit, stress, masa-masa yang penuh dengan ketidakpastian, dan mungkin pula komentar-komentar yang tidak sehat dari berbagai pihak. Mereka bertarung di antara teman-teman, melewati konflik demi konflik, sampai akhirnya menemukan jalan.
  3. Komunikasi yang jelas. Pemimpin harus punya seni dalam berkomunikasi, baik verbal maupun non-verbal. Kepemimpinan memerlukan komunikasi massa yang melibatkan banyak orang. Tanpa kepiawaian komunikasi dan dukungan team komunikasi yang baik, kepemimpinan tidak akan efektif.
  4. Komitmen pemimpin. Pemimpin juga harus membangun komitmen yang harus dimulai dari dirinya sendiri.

Kepemimpinan sejati adalah panggilan hidup. Filsuf besar Cina, Lao Tsu, ketika ditanya oleh muridnya tentang siapakah pemimpin yang sejati, ia menjawab: “Seringkali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota team akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri.” Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dan maximizer. Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian dari mereka yang dipimpinnya. Kepemimpinan sejati didasarkan pada kerendahan hati. 

E. Cara Menjadi Pemimpin Yang Efektif

Kouzes & Posner (1987) memberikan 5 cara untuk menjadi seorang pemimpin yang besar:
  1. Menantang proses. Temukan proses yang dipercaya untuk bisa memaksimalkan kemampuan Anda.
  2. Inspirasi dan bagikan visi. Bagikan visi Anda dengan kata-kata yang dapat dimengerti oleh pengikut Anda.
  3. Memampukan orang lain untuk bertindak. Beri mereka alat dan metode untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri.
  4. Menjadi model. Jika sedang dalam proses, jangan biarkan tangan Anda kering. Seorang boss berkata kepada yang lain, kerjakan!... seorang pemimpin menunjukkan apa yang bisa dia kerjakan!
  5. Membesarkan hati. Bagikan kemuliaan dengan hati pada pengikut Anda, sementara Anda menahan penderitaan Anda sendiri.
Jadi, dalam proses kepemimpinan Anda, pikirkan hal-hal sederhana tentang kepemimpinan berikut ini:
  1. Memberdayakan lebih baik daripada hanya mendelegasikan.
  2. Milikilah keberanian memimpin orang-orang dengan bertanggungjawab.
  3. Bergaullah dengan para pemimpin sesering mungkin. Catatlah apa yang Anda anggap penting dari mereka.
  4. Menjadi contoh yang baik adalah lebih baik daripada seorang pemberi nasehat.
  5. Seorang pemimpin yang luar biasa adalah pemimpin yang membawa orang-orang biasa melakukan pekerjaan yang luar biasa.
  6. Salah satu karakteristik kepemimpinan yang layak adalah bahwa para pemimpin dituntut lebih banyak daripada pengikutnya.
Sola Gratia,
Riwon Alfrey

Tidak ada komentar:

Posting Komentar